Sabtu, 10 Maret 2012

Hidup Setelah Kematian di Puncak Everest

Lincoln Hall

Dead Lucky




SEKALI PENDAKI, tetap pendaki - atau begitulah kelihatannya. Setelah menjadi ayah, kudapati bahwa satu hari mendaki karang, sebanyak satu atau dua kali dalam sebulan  sudah cukup untuk menghentikan kegelisahanku. Setelah putra putraku bertambah besar dan semakin mandiri, aku pun bisa pergi selama beberapa minggu untuk bekerja sebagai pemandu di gunung gunung yang lebih mudah didaki di Himalaya, Andes dan Antartika. Mendaki puncak puncak Himalaya yang lebih rendah, mendekam diantara puncak puncak raksasa, tampaknya menjadi kesepakatan sempurna - tidak menuntut terlalu banyak dari keluargaku, juga tidak terkesan terlalu biasa biasa saja buatku. Namun, ada saat saat kudapati diriku menengadah memandangi puncak tertinggi di dunia, mengenang betapa aku dulu pernah sudah sangat dekat ke sana dan betapa itu menjadi pengalaman sangat luar biasa sekalipun aku berbalik turun tanpa mencapai puncak...

Paragraf diatas adalah sala satu kutipan yang saya ambil dari buku bestseller true story yang ditulis oleh Lincoln Hall, seorang pendaki Australia terkemuka yang karir pendakiannya terentang selama tiga dekade,  mendaki dari Himalaya, Andes hingga Antartika. Kisah yang ia tuturkan dalam Dead Lucky juga merupakan pengalaman pribadinya sendiri, saat ia dikira telah mati dalam kesenyapan puncak Everest, sampai keempat orang sherpanya meninggalkannnya di Punggung Timur Laut atau Rongbuk Timur, tak jauh dari puncak Everest karena mereka pikir Lincoln telah meninggal, atau akan meninggal, setidaknya begitu, dan tidak ada harapan akan hidup diatas ketinggian dunia, berselimut cerebral edema dan hipothermia.

Namun, sungguh mengagetkan keesokan harinya, Dan Masur ( Pemandu kelas dunia gunung Everest ) dan Sherpa Jangbu menemukan Lincoln Hall duduk bersila diatas punngung Timur Laut, diatas 28.000 feet. Dunia pendakian pun gempar karena kemarin sudah menyebar berita ke seluruh pendaki bahwa Lincoln Hall tewas dalam perjalanan turun dari Puncak,  Pemba, Tenzing dan dua shepa pendampingnya telah menyatakan bahwa ia telah meninggal. Beberapa waktu sebelumnya, telah berguguran beberapa pendaki kaliber dunia dan para sherpa ditelan keganasan Everest. diantaraya ada pendaki ulung asal Inggris, David Sharp, yang kematiannya menjadi kontroversi besar dikalangan para pendaki gunung, lalu ada mountaineer asal Rusia Igor Pluyshkin, Victor Negrete, dan juga penjelajah dari Prancis Jagques - Haques Letrange.

Buku ini bercerita banyak tentang Lincoln Hall, dan inspirasi dunia pendakian gunung. banyak pendaki kelas dunia yang ia kenal selama masa petualangannya, sangat luar biasa pengalamannya yang dapat ia share ke pembaca melalui buku ini, diantara buku Lincoln Hall lainnya, seperti White Limbo, The Loneliest  Mountain, Fear No Boundaries dan Blood on the Lotus. Dead Lucky terasa memiliki nilai lebih, Mungkin karena buku ini ditulis setelah Lincoln Hall bangun dari kematiannya...



 Di Kathmandu, setelah memperoleh pertolongan medis


 Di Base Camp Everest, setelah diselamatkan


 Data Buku :

Judul : Dead Lucky 
Penulis : Lincoln Hall
Penerbit : PT. Elex Media Komputindo 
Genre  : true story adventure




 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar